Sirah - SAIDATINA SITI KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Assalamualaikum warah matullah.Pada minggu ni kita akan sama-sama selami
peribadi dan riwayat kisah hidup wanita agung yang juga merupakan isteri
pertama Rasulullah s.a.w, saidatina khadijah binti khuwailid.moga kita
sama-sama dapat memperolehi manfaat dan menjadikan kisah hidup beliau sebagai
motivasi terutamanya kepada para muslimah.
Siapakah khadijah?
Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan
budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada
umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal
kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan
perniagaannya ke luar negeri.
Banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin
berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus kerana tak
ada yang berkenan di hatinya.
Bermimpi melihat matahari turun kerumahnya
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam
rumahnya serta memancarkan sinarnya merata kesemua tempat sehingga tiada sebuah
rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.
Mimpi itu diceritakan kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia
seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli
tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas
dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: "Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah
kelak dengan seorang Nabi akhir zaman." "Nabi itu berasal dari negeri
mana?" tanya Khadijah bersungguh-sungguh. "Dari kota Makkah ini!" ujar Waraqah singkat. "Dari suku
mana?" "Dari suku Quraisy juga." Khadijah bertanya lebih jauh:
"Dari keluarga mana?" "Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga
terhormat," kata Waraqah dengan nada menghibur. Khadijah terdiam sejenak,
kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: "Siapakah nama bakal
orang agung itu, hai sepupuku?" Orang tua itu mempertegas: "Namanya
Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!"
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum
pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah
senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang
pemimpin itu.
Lamaran dari khadijah kepada Rasulullah s.a.w
Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu berkata:
"Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!" Suaranya ramah, bernada
dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tapi tahu harga dirinya, Muhammad SAW
berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti. Katanya:
"Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam rombongan niaga.
Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya
yang yatim piatu". Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu
memandangnya dengan penuh ketakjuban. "Oh, itukah....! Muhammad, upah itu
sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau
maksudkan," kata Khadijah r.a. "Tetapi biarlah, nanti saya sendiri
yang mencarikan calon isteri bagimu". Ia berhenti sejenak, meneliti.
Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandung isyarat:
"Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya
baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan
asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu". Khadijah
tertunduk lalu melanjutkan: "Tetapi sayang, ada aibnya...! Dia dahulu
sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan
pengabdi kepadamu".
Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku
dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawapan, yang lainnya
tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang
terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran
Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa
kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a.
Ia minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan. Ia
menceritakan kepada Pamannya: "Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata
Khadijah r.a. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu
"anu dan anu...." Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan
kaya itu. 'Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang
cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani
Hasyim. Katanya: "Muhammad, kalau benar demikian, aku akan
mendatanginya".
'Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: "Khadijah, kalau
kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan
dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?"
Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan
dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati 'Atiqah:
"Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja
kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad SAW. Kalau
ia mau, aku bersedia menikah dengannya; kalau tidak, aku pun berjanji tak akan
bersuami hingga mati".
Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat 'Atiqah terdiam. Kedua wanita
bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. "Tapi Khadijah,
apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?"
tanya 'Atiqah sambil meneruskan: "Kalau belum cobalah meminta
persetujuannya." "Ia belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu,
Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana
sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran", Khadijah r.a
berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan
karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir
zaman.
'Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera
menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu
Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan 'Atiqah dengan
Khadijah "Itu bagus sekali", kata Abu Thalib, "tapi kita harus
bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu."
Khadijah yang cantik
Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima
seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk
menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya:
"Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?"
Muhammad SAW menjawab: "Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada."
"Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu
engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan
sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?" "Siapakah
dia?" tanya Muhammad SAW. "Khadijah!" Nafisah berterus terang.
"Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan
kepadaku!"
Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung
menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW
menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan
Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang
usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya.
Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan,
cantik, hartawan, budiman. Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan
untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau
dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang
masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka
diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu.
Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja
dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara
sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk
berunding dengan wanita yang berkenaan.
Pernikahan Muhammad dengan Khadijah
Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: "Hai
anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah,
memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula
pertalian kekeluargaannya luas". "Benar katamu, Khadijah, hanya saja
ia tak berharta", ujar Waraqah. "Kalau ia tak berharta, maka
aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk
menikahkan aku dengannya," demikian Khadijah r.a menyerahkan
urusannya.
Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak
keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua
mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kawin lima ratus dirham. Abu
Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan "Ash-Shiddiq",
sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian
indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana
layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena
yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula.
Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari
Jum'at, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam.
Bertindak sebagai wali Khadijah r.a ialah pamannya bernama 'Amir bin Asad,
sedang Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut
oleh Abu Thalib sebagai berikut: "Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah
Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu
Ma'ad, dari keturunan Mudhar. "Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan
kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan
menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.
"Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan
ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka
sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah
bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan
tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar
Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin lima ratus dirham yang
akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.
"Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya
bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita
gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. "Semoga Allah
memberkati pernikahan ini". Penyambutan untuk memeriahkan majlis
pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak
lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang
lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada
mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.
Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada
suaminya dengan ucapan: "Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta
kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari
bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya
adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau
redhai !"
Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: "Dan Dia (Allah)
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan".
(Adh-Dhuhaa: 8)
Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang
sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.
Dijamin Masuk Syurga
Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam
belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa
kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian. Tahun
wafatnya disebut "Tahun Kesedihan" ('Aamul Huzni).
Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika
wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya. Ketika
Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama
yang disampaikan Jibril 'alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan
menggigil menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah
yang pertama dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil
berkata: "Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah SWT yang
menguasai diri Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh
Allah bagi umat kita. "Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Bukankah
engkau orang yang senantiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan?
Bukankah engkau selalu berkata benar? Bukankah engkau senantiasa menyantuni
anak yatim piatu, menghormati tamu dan mengulurkan bantuan kepada setiap orang
yang ditimpa kemalangan dan musibah?"
Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan
kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya
dari gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam,
menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan
dan hartawan Quraisy. Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus
yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain yaitu, menerima ucapan salam dari
Allah SWT. yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW.
disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah
radiallahu 'anha serta dihiburnya dengan syurga.
Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa
terbatas. Nabi SAW pernah berkata: "Wanita yang utama dan yang pertama
akan masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW.,
Maryam binti 'Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir'aun".
Wanita Terbaik
Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW. terhadap peribadi
Khadijah r.a ialah: "Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena
dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam
kebimbanga, dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia
telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya
terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak
ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain".
Putera-puteri Rasulullah SAW. dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga
lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari
puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama
sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dianggap sebagai
keturunan langsung dari Rasulullah SAW.
Perjuangan Khadijah
Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy,
maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di
belakang da'wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada
pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh
karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak
menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu'minin, sebaik-baik isteri dan teladan
yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya.
Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau
diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'. Khadijah
adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon)
kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan
jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan
kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang
ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku
dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa."
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, padahal di hadapan
kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khuwailid, Ummul
Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan
membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan
serta membenarkannya.
Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu
beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT
membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan
memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang
diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :"Wahai,
Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan
makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya
dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga
dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan."
[HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata
:"Keshahihannya telah disepakati."]
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai,
orang-orang yang terpedaya oleh dunia ?
Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan
orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi
SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama,
berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia
berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi
teladan tertinggi bagi para wanita.
Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal
kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di
dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang mulia, sesuai yang
dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit
dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW
melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi
ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian,
tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya.
Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar
dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau,
wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu
hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah
SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku.
Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi
umat ini." Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi
hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak
pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan,
pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah
melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan
urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka
turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata
kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda :"Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam
kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab :"Allah yang
menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan
kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara
para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin.
Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih
besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya
Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah
mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat
beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam
menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat
jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang
mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia
memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah
mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain
dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata
:"Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :"Wahai,
Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan
atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari
Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat)
dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." [Shahih
Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]
rujukan:Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karangan Muhammad
Ibrahim Saliim
SITI KHADIJAH - In Team
Siti khadijah...serikandi sejati
Kaulah lambang cinta sejati
serikandi pertama tika Islam bermula
hatimu menyalakan keyakinan
hartamu membuktikan pengorbanan
Rasul keseorangan engkaulah teman
dia tersisih engkau memilihnya
dia terbuang engkau menyayanginya
kerna iman kau sanggup berjuang
ohh..siti khadijah namamu indah
kudwah hasanah tauladan ummah
tika rasul terpinggir engkaulah insan terhampir
siti khadijah mujahidah solehah
Agung jasamu dipersada sejarah
pemergian mu ditangisi nabi
hingga kini tiada pengganti
sunyi jalan menuju Allah
menggamit hati mencari teman
indah jalan menuju Allah
jika teman seperti Khadijah masih ada lagi...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan